Kini mungkin aku masih belum menjadi
Seseorang yang seutuhnya kamu ingini
Juga yang belum sepenuhnya memahami
Meski aku selalu ingin bisa mengerti
Kini mungkin pintaku tak selalu kamu penuhi
Nasehatku tak selalu kamu turuti
Khawatirku tak selalu kamu pahami
Dan hadirku tak selalu kamu ingini
Aku tak seperti dia yang dulu di sampingmu
Melalui hari hari penuh ceria bersamamu
Merajut kisah penuh cinta denganmu
Melewati waktu semudah inginmu
Aku tak ingin menjadi seperti dia, memang
Karena aku hanya bisa menjadi diriku yang ini
Seperti apa adanya aku, yang telah kau lihat sendiri
Meski ingin dicintai olehmu sehebat itu nanti
Dan hanya ini harapku...
Semoga nanti, kau bisa mengerti
Bahwa aku hanya terlalu peduli
Meski kadang tak sengaja menyakiti
Karena yang aku punya hanya hati
Hati yang ingin dicintaimu dengan sederhana
Saling menyayangi dan memiliki sepenuh asa
Jadi, jika memang masih belum seperti itu adanya kini
Semoga kelak nanti, kamu bisa mencintaiku sedalam itu
for MN
Thursday, March 30, 2017
Friday, March 10, 2017
Aku tak pernah selemah ini dalam menyayangi..
Karena mungkin akupun tak pernah seindah ini dicintai..
Namun lalu ketika tiba saatnya untuk berubah,
Aku harus bagaimana?
Lalu di mana kata-kata yang dulu pernah terucap itu?
Bahwa kamu tak akan meninggalkan aku
Karena aku tak akan pernah jadi pihak yang pergi
Namun di mana dirimu kini?
Jika pergimu itu membawamu pada bahagia
Aku akan berusaha untuk menerima
Namun ketahuilah, tak mudah bagiku untuk rela
Demi kamu, semua akan aku coba
Karena mungkin akupun tak pernah seindah ini dicintai..
Namun lalu ketika tiba saatnya untuk berubah,
Aku harus bagaimana?
Lalu di mana kata-kata yang dulu pernah terucap itu?
Bahwa kamu tak akan meninggalkan aku
Karena aku tak akan pernah jadi pihak yang pergi
Namun di mana dirimu kini?
Jika pergimu itu membawamu pada bahagia
Aku akan berusaha untuk menerima
Namun ketahuilah, tak mudah bagiku untuk rela
Demi kamu, semua akan aku coba
Tuesday, January 24, 2017
Sebaiknya Mati Rasa...
Dan lalu semua hal yang aku alami hanya akan menambah goresan yang telah ada di hati ini..
Mungkin memang sudah seharusnya aku mati rasa.
Mungkin bahagia itu hanyalah bagian dari kesemuan yang tak semestinya ada.
Mungkin ini karma atas apa yang pernah tak sengaja kulakukan entah pada siapa.
Mungkin benar bahwa orang yang paling menyakitimu adalah orang yang paling kamu cintai.
Mungkin keberadaanku di dunia ini hanyalah sebagai tempat pemuas amarah semua orang di dekatku.
Mungkin makna diriku hidup hanya untuk disakiti.
Mungkin aku memang tak berhak mengerti rasanya disayangi dengan tulus.
Mungkin... dan sejuta kemungkinan lain yang tak kunjung selesai.
Ya, lalu aku harus belajar untuk jadi kebal dengan semua rasa sakit ini. Sehingga kelak jika aku kembali disakiti, maka aku akan mampu menerimanya dengan senyuman.
Dengan tawa meski juga dengan derai airmata..
Karena mungkin memang sebaiknya aku mati rasa...
Friday, January 13, 2017
Melupakan Impian
Sebersit kenangan tiba tiba melintasi malamku. Aku teringat semangat yang kamu sampaikan padaku dulu hingga terakhir kita bertemu. "Fi, lanjutkan impianmu jadi penulis puisi."
Dan entah mengapa kau masih belum juga mengerti. Memangnya kau pikir darimana inspirasi menulisku itu datang? Langit?
Bukan. Tapi kau.
Semua hal dapat kujadikan bahan bagi inspirasiku menulis selama itu berhubungan dengan kau.
Hujan. Pelangi. Malam. Cinta.
Masa indah yang kulewati bersamamu dapat dengan mudah kulukiskan dalam puisi. Bahkan hingga saat kau pergi dan meninggalkan luka dalam di hatiku, kau tetap jadi bahan tulisan puisi pedihku.
Kini semua rasa itu telah berlalu. Dan aku pun berhenti menulis apapun. Untuk apa? Kau toh tak lagi ada..
Sudahlah, kulupakan saja impianku itu. Sama seperti kau yang telah melupakanku..
Dan entah mengapa kau masih belum juga mengerti. Memangnya kau pikir darimana inspirasi menulisku itu datang? Langit?
Bukan. Tapi kau.
Semua hal dapat kujadikan bahan bagi inspirasiku menulis selama itu berhubungan dengan kau.
Hujan. Pelangi. Malam. Cinta.
Masa indah yang kulewati bersamamu dapat dengan mudah kulukiskan dalam puisi. Bahkan hingga saat kau pergi dan meninggalkan luka dalam di hatiku, kau tetap jadi bahan tulisan puisi pedihku.
Kini semua rasa itu telah berlalu. Dan aku pun berhenti menulis apapun. Untuk apa? Kau toh tak lagi ada..
Sudahlah, kulupakan saja impianku itu. Sama seperti kau yang telah melupakanku..
Wednesday, January 4, 2017
Lalu Kesadaran itu Menghantamku. Telak...
Tiba tiba peringatan itu menghantam kesadaranku.
Bahwa suatu saat nanti kamu akan melangkah pergi meski bukan inginku.
Bahwa suatu saat nanti ada mimpi masa depan yang harus kamu raih.
Bahwa suatu saat nanti ada cita cita yang ingin kamu capai.
Meskipun itu artinya kamu harus pergi dan berlari untuk mewujudkan semua.
Namun, aku ternyata tidak sekuat itu. Kebersamaan kita selama ini membuatku lemah jika harus berpisah.
Aku ternyata tidak setegar itu. Terpaan rindu tidak akan mampu kubendung.
Aku ternyata tidak setangguh itu. Untuk segala hal lain bisa kulewati, namun tidak yang satu ini.
Tapi aku juga ingin kamu bahagia mencapai semua impianmu. Meski mungkin tidak ada aku di dalamnya.
Ah, aku sadar. Aku bahkan tak bisa memberikan harapan apapun untuk hubungan ini, bahkan hanya sekedar nama. Namun bagiku, kamu adalah kekasih hatiku.
Seperti yang kamu tau, akan butuh banyak waktu bagiku untuk bisa sekedar menyimpan kamu rapat2 dalam kenangan hatiku, tanpa harus menimbulkan koyak dan goresan luka. Kamu telah menyentuh hati dan hidupku terlalu dalam, sayang.. Dan rasa ini sudah terlalu besar untuk bisa aku padamkan.
Aduh, sebenarnya menyakitkan harus mengatakan ini. Tapi bagaimana lagi. Suatu saat semua pasti akan ada akhirnya. Meskipun aku berharap bisa bersamamu selama kita mampu. Aku tak peduli bagaimanapun situasinya, karena cinta memang selalu buta.
Jadi, apabila kelak kamu telah menemukan seseorang yang dapat menggantikan posisiku di hatimu saat ini, segera katakan padaku agar aku bisa mulai belajar melepaskan kamu pergi.
Tapi berjanjilah untuk selalu bahagia. Meskipun aku harus menggantikannya dengan tetesan air mata setiap malam, itu tak mengapa asalkan bisa kupastikan bahwa kamu sungguh bahagia.
Karena selamanya aku akan tetap mengatakan ini : Bahagiaku itu ...... kamu.
Bahwa suatu saat nanti kamu akan melangkah pergi meski bukan inginku.
Bahwa suatu saat nanti ada mimpi masa depan yang harus kamu raih.
Bahwa suatu saat nanti ada cita cita yang ingin kamu capai.
Meskipun itu artinya kamu harus pergi dan berlari untuk mewujudkan semua.
Namun, aku ternyata tidak sekuat itu. Kebersamaan kita selama ini membuatku lemah jika harus berpisah.
Aku ternyata tidak setegar itu. Terpaan rindu tidak akan mampu kubendung.
Aku ternyata tidak setangguh itu. Untuk segala hal lain bisa kulewati, namun tidak yang satu ini.
Tapi aku juga ingin kamu bahagia mencapai semua impianmu. Meski mungkin tidak ada aku di dalamnya.
Ah, aku sadar. Aku bahkan tak bisa memberikan harapan apapun untuk hubungan ini, bahkan hanya sekedar nama. Namun bagiku, kamu adalah kekasih hatiku.
Seperti yang kamu tau, akan butuh banyak waktu bagiku untuk bisa sekedar menyimpan kamu rapat2 dalam kenangan hatiku, tanpa harus menimbulkan koyak dan goresan luka. Kamu telah menyentuh hati dan hidupku terlalu dalam, sayang.. Dan rasa ini sudah terlalu besar untuk bisa aku padamkan.
Aduh, sebenarnya menyakitkan harus mengatakan ini. Tapi bagaimana lagi. Suatu saat semua pasti akan ada akhirnya. Meskipun aku berharap bisa bersamamu selama kita mampu. Aku tak peduli bagaimanapun situasinya, karena cinta memang selalu buta.
Jadi, apabila kelak kamu telah menemukan seseorang yang dapat menggantikan posisiku di hatimu saat ini, segera katakan padaku agar aku bisa mulai belajar melepaskan kamu pergi.
Tapi berjanjilah untuk selalu bahagia. Meskipun aku harus menggantikannya dengan tetesan air mata setiap malam, itu tak mengapa asalkan bisa kupastikan bahwa kamu sungguh bahagia.
Karena selamanya aku akan tetap mengatakan ini : Bahagiaku itu ...... kamu.
Tuesday, December 27, 2016
Distraksi Anomali
Malam ini aku teringat kamu.
Kamu yang dulu pernah berada pada satu fase hidupku.
Kamu yang dulu kuingat setiap mendengar lagu "Someone Like You"
Hingga yang tetap menjadi objek pada lagu "Hello" yang dinyanyikan Adele beberapa tahun kemudian.
Tapi kini, malam ini, aku tak lagi mengingatmu dengan rasa yang sama seperti 8 tahun lalu. Juga tak lagi mengingatmu dengan cara yang sama yang kulakukan selama 7 tahun terakhir.
Kamu pernah bilang sifatku yang mudah terdistraksi adalah alasanmu melangkah menjauhiku.
Ironis, padahal saat itu (serta 7 tahun yang mengikutinya), kamu adalah pusat segala asa dan rasaku, tak peduli seberapa banyak distraksi yang datang ataupun kudatangkan.
Aku yang dengan bodohnya tetap menunggu, entah apa, meskipun kamu tak lagi peduli. Ah dan lebih parahnya lagi, kamu justru yang sesekali datang dan menjadi distraksi semu dalam kehidupan yang berusaha kucoba untuk baik baik saja tanpamu.
Namun kini kamu tak lagi perlu khawatir. Aku telah mendapatkan distraksi yang mampu membuatku mengalihkan segala kenanganku tentangmu.
Distraksi yang justru menjadikan aku pusat dari segala asa dan rasanya.
Distraksi yang peduli padaku lebih dari yang pernah aku rasakan, bahkan ketika kita pernah bersama dulu. Lebih, jauh lebih daripada itu.
Distraksi yang menolak untuk menjadi sekedar pengalihan sesaat.
Distraksi yang membuatku kembali percaya dan selalu memastikan bahwa aku bahagia.
Distraksi yang justru akan menjadi permanen dalam hati dan memoriku. Dan berhasil membuatku melupakan kamu.
Terima kasih pernah menyadarkan tentang kelemahan terbesarku. Yang kini justru berubah menjadi kekuatan terbaikku.
Jadi, malam ini aku mengingatmu dengan cara yang tak pernah kukira akhirnya akan dapat kulakukan. Aku mengingatmu dengan keikhlasan dan kelegaan bahwa akhirnya aku bisa juga melangkah maju. Tanpa bayangmu.
Kamu yang dulu pernah berada pada satu fase hidupku.
Kamu yang dulu kuingat setiap mendengar lagu "Someone Like You"
Hingga yang tetap menjadi objek pada lagu "Hello" yang dinyanyikan Adele beberapa tahun kemudian.
Tapi kini, malam ini, aku tak lagi mengingatmu dengan rasa yang sama seperti 8 tahun lalu. Juga tak lagi mengingatmu dengan cara yang sama yang kulakukan selama 7 tahun terakhir.
Kamu pernah bilang sifatku yang mudah terdistraksi adalah alasanmu melangkah menjauhiku.
Ironis, padahal saat itu (serta 7 tahun yang mengikutinya), kamu adalah pusat segala asa dan rasaku, tak peduli seberapa banyak distraksi yang datang ataupun kudatangkan.
Aku yang dengan bodohnya tetap menunggu, entah apa, meskipun kamu tak lagi peduli. Ah dan lebih parahnya lagi, kamu justru yang sesekali datang dan menjadi distraksi semu dalam kehidupan yang berusaha kucoba untuk baik baik saja tanpamu.
Namun kini kamu tak lagi perlu khawatir. Aku telah mendapatkan distraksi yang mampu membuatku mengalihkan segala kenanganku tentangmu.
Distraksi yang justru menjadikan aku pusat dari segala asa dan rasanya.
Distraksi yang peduli padaku lebih dari yang pernah aku rasakan, bahkan ketika kita pernah bersama dulu. Lebih, jauh lebih daripada itu.
Distraksi yang menolak untuk menjadi sekedar pengalihan sesaat.
Distraksi yang membuatku kembali percaya dan selalu memastikan bahwa aku bahagia.
Distraksi yang justru akan menjadi permanen dalam hati dan memoriku. Dan berhasil membuatku melupakan kamu.
Terima kasih pernah menyadarkan tentang kelemahan terbesarku. Yang kini justru berubah menjadi kekuatan terbaikku.
Jadi, malam ini aku mengingatmu dengan cara yang tak pernah kukira akhirnya akan dapat kulakukan. Aku mengingatmu dengan keikhlasan dan kelegaan bahwa akhirnya aku bisa juga melangkah maju. Tanpa bayangmu.
Thursday, December 22, 2016
Ijinkan aku selagi mampu
Ijinkan aku menjadi duniamu selagi aku mampu.
Ijinkan aku menemani langkahmu selagi aku bisa.
Ijinkan aku mengisi setiap hari-harimu selagi aku ada.
Ijinkan aku menyayangi kamu selagi aku punya rasa.
Ijinkan aku mencintaimu dengan hati yang masih berdenyut.
Sebab kelak ketika terpaksa tak ada lagi kita, maka kamu akan selalu jadi kenangan paling indah dalam hidupku.
Sebab kelak ketika kamu memutuskan untuk pergi, maka kamu akan selalu jadi jejak langkah yang tak terhapus.
Sebab kelak ketika rasamu tak lagi sama, maka kamu akan selalu jadi penghuni khusus di hatiku.
Jadi..
Selama kita bisa, aku ingin mencintaimu sebesar yang aku mampu.
Bahagialah bersamaku, sampai kelak tiba saat yang tak pernah kita inginkan itu..
Ijinkan aku menemani langkahmu selagi aku bisa.
Ijinkan aku mengisi setiap hari-harimu selagi aku ada.
Ijinkan aku menyayangi kamu selagi aku punya rasa.
Ijinkan aku mencintaimu dengan hati yang masih berdenyut.
Sebab kelak ketika terpaksa tak ada lagi kita, maka kamu akan selalu jadi kenangan paling indah dalam hidupku.
Sebab kelak ketika kamu memutuskan untuk pergi, maka kamu akan selalu jadi jejak langkah yang tak terhapus.
Sebab kelak ketika rasamu tak lagi sama, maka kamu akan selalu jadi penghuni khusus di hatiku.
Jadi..
Selama kita bisa, aku ingin mencintaimu sebesar yang aku mampu.
Bahagialah bersamaku, sampai kelak tiba saat yang tak pernah kita inginkan itu..
Jika kamu mudah bosan, maka apalah aku yang tak pernah puas memandangmu walau setiap hari..
Jika kamu mudah tertawa, maka apalah aku yang tak punya alasan tersenyum selain kamu..
Jika kamu mudah lupa, maka apalah aku yang tak bisa ingat apapun selain kamu..
Jika kamu mudah melepaskan, maka apalah aku yang tak mampu membiarkan kamu pergi..
Jika kamu mudah membebaskan, maka apalah aku yang memilih terpenjara dalam cintamu..
Jika kamu mudah bilang sayang, maka apalah aku yang tak sembarang mengumbar rasa..
Jika kamu mudah tak peduli, maka apalah aku yang ingin selalu memastikan kamu baik baik saja..
Jika kamu mudah tertidur, maka apalah aku yang sering terjaga hanya untuk kemudian memikirkan kamu..
Ah.. kita memang berbeda, kamu dan semua sifatmu serta aku dan semua sikapku. Tapi bagiku, semua perbedaan kita terasa indah bersama. Aku. Kamu. Kita. Cerita. Cinta.
Jika kamu mudah tertawa, maka apalah aku yang tak punya alasan tersenyum selain kamu..
Jika kamu mudah lupa, maka apalah aku yang tak bisa ingat apapun selain kamu..
Jika kamu mudah melepaskan, maka apalah aku yang tak mampu membiarkan kamu pergi..
Jika kamu mudah membebaskan, maka apalah aku yang memilih terpenjara dalam cintamu..
Jika kamu mudah bilang sayang, maka apalah aku yang tak sembarang mengumbar rasa..
Jika kamu mudah tak peduli, maka apalah aku yang ingin selalu memastikan kamu baik baik saja..
Jika kamu mudah tertidur, maka apalah aku yang sering terjaga hanya untuk kemudian memikirkan kamu..
Ah.. kita memang berbeda, kamu dan semua sifatmu serta aku dan semua sikapku. Tapi bagiku, semua perbedaan kita terasa indah bersama. Aku. Kamu. Kita. Cerita. Cinta.
Sepi
Sepi. Rasanya sepi.
Berada pada waktu yang sama namun di ruang yang berbeda. Bukan, bukan tempat nyata yang kubilang berbeda. Namun ruang hati yang sedang tidak sama.
Kamu yang tidak peka dan aku yang telalu sensitif. Sehingga setiap perubahan nada bicaramu pasti akan terasa padaku. Entah, pagi ini rasanya berbeda.
Mungkin efek 3 gelas kopi hitam yang kamu minum di tengah malam. Memporak porandakan semua barisan kalimat yang biasa kamu ucapkan. Mengacaukan rasa yang biasa kamu sampaikan. Menghipnotis cinta yang biasa kamu ungkapkan.
Lalu aku hanya akan duduk diam di sini memikirkan terlalu banyak hal. Tapi semuanya tentang kamu.
Berharap jika kelak harus ada yang berubah, biarlah aku saja dulu.. karena aku tak akan pernah mampu melihatmu pergi.
Berada pada waktu yang sama namun di ruang yang berbeda. Bukan, bukan tempat nyata yang kubilang berbeda. Namun ruang hati yang sedang tidak sama.
Kamu yang tidak peka dan aku yang telalu sensitif. Sehingga setiap perubahan nada bicaramu pasti akan terasa padaku. Entah, pagi ini rasanya berbeda.
Mungkin efek 3 gelas kopi hitam yang kamu minum di tengah malam. Memporak porandakan semua barisan kalimat yang biasa kamu ucapkan. Mengacaukan rasa yang biasa kamu sampaikan. Menghipnotis cinta yang biasa kamu ungkapkan.
Lalu aku hanya akan duduk diam di sini memikirkan terlalu banyak hal. Tapi semuanya tentang kamu.
Berharap jika kelak harus ada yang berubah, biarlah aku saja dulu.. karena aku tak akan pernah mampu melihatmu pergi.
Sunday, December 18, 2016
Merindukanmu
Merindukanmu rasanya seperti burung yang ingin terbang namun sayapnya patah.
Merindukanmu rasanya seperti menunggu hujan di musim kemarau panjang.
Merindukanmu membuat apapun yang kulakukan rasanya ada yang kurang.
Merindukanmu membuatku sepi meskipun berada di tengah keramaian.
Merindukanmu membuat setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat.
Merindukanmu menjadikan rasa dan hati ini sepertinya memilih mati.
Merindukanmu tanpa bisa melakukan apapun tentang itu, tanpa dapat menyampaikannya padamu, hanya membuat sesak meski air mata terus mendesak.
Merindukanmu itu berat. Merindukanmu itu menyakitkan. Semoga langit biru yang sama di atas kita, dapat menyampaikan rasa itu kepadamu.
Merindukanmu rasanya seperti menunggu hujan di musim kemarau panjang.
Merindukanmu membuat apapun yang kulakukan rasanya ada yang kurang.
Merindukanmu membuatku sepi meskipun berada di tengah keramaian.
Merindukanmu membuat setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat.
Merindukanmu menjadikan rasa dan hati ini sepertinya memilih mati.
Merindukanmu tanpa bisa melakukan apapun tentang itu, tanpa dapat menyampaikannya padamu, hanya membuat sesak meski air mata terus mendesak.
Merindukanmu itu berat. Merindukanmu itu menyakitkan. Semoga langit biru yang sama di atas kita, dapat menyampaikan rasa itu kepadamu.
Tuesday, December 13, 2016
Kamu. Aku. Kita
Kamu. Dan seluruh rasa yang kupunya untukmu.
Aku. Dan segenap inginku bersamamu.
Kita. Dan sebuah kisah yang tak nyata.
Sendiri di sini malam ini mengingatkan kembali siapa sesungguhnya aku. Bahwa bahagia bukanlah bagian tetap dari diriku. Aku sudah jauh terlena oleh rasa yang selalu kurindu. Dan kini hidup kembali untuk menyadarkan aku.
Entah mengapa jalan kita bertemu jika hanya untuk berlalu. Mengapa rasa itu nyata jika hanya sementara. Ah. Aku lupa. Ini dunia di mana semua hal hanyalah fana.
Kau datang dan membuatku bahagia. Terlalu bahagia. Tak taukah kau bahwa ketakutan terbesarku adalah rasa bahagia? Karena seperti semua yang pernah kujalani, bahagia itu akan berganti menjadi luka dan tangis yang tak mudah terhenti.
Jika aku bisa hentikan waktu, aku ingin berhenti di sini agar bisa terus bersamamu tanpa sedetikpun berlalu. Agar rasamu untukku dapat tetap di situ dalam hatimu. Agar kata "selesai" itu tak akan pernah sempat terucap. Agar bahagiaku selalu kamu.
Aku masih ingin merasa bahagia seperti ini meski sadar kelak akan ada akhirnya. Aku belum ingin menangis meski saat ini ku terus menghapus air mata membayangkan jika tiba saatnya nanti. Tidak. Aku tidak siap. Tidak akan pernah siap.
Ah. Egois sekali aku. Jalanmu masih terlalu panjang untuk kau lewati bersama aku yang entah siapa ini. Langkahmu akan membawamu ke bahagiamu yang sesungguhnya.
Jika tiba saatnya kelak kamu menemukan jalanmu, berjanjilah untuk selalu bahagia. Jika aku harus menangis demi untuk melihatmu tersenyum, maka akan kulakukan setiap malam bersama doa yang kupanjatkan untukmu.
Tak perlu kau risaukan aku. Cukup ingat saja : kamu telah memiliki satu tempat khusus dalam hatiku, selamanya.
Aku. Dan segenap inginku bersamamu.
Kita. Dan sebuah kisah yang tak nyata.
Sendiri di sini malam ini mengingatkan kembali siapa sesungguhnya aku. Bahwa bahagia bukanlah bagian tetap dari diriku. Aku sudah jauh terlena oleh rasa yang selalu kurindu. Dan kini hidup kembali untuk menyadarkan aku.
Entah mengapa jalan kita bertemu jika hanya untuk berlalu. Mengapa rasa itu nyata jika hanya sementara. Ah. Aku lupa. Ini dunia di mana semua hal hanyalah fana.
Kau datang dan membuatku bahagia. Terlalu bahagia. Tak taukah kau bahwa ketakutan terbesarku adalah rasa bahagia? Karena seperti semua yang pernah kujalani, bahagia itu akan berganti menjadi luka dan tangis yang tak mudah terhenti.
Jika aku bisa hentikan waktu, aku ingin berhenti di sini agar bisa terus bersamamu tanpa sedetikpun berlalu. Agar rasamu untukku dapat tetap di situ dalam hatimu. Agar kata "selesai" itu tak akan pernah sempat terucap. Agar bahagiaku selalu kamu.
Aku masih ingin merasa bahagia seperti ini meski sadar kelak akan ada akhirnya. Aku belum ingin menangis meski saat ini ku terus menghapus air mata membayangkan jika tiba saatnya nanti. Tidak. Aku tidak siap. Tidak akan pernah siap.
Ah. Egois sekali aku. Jalanmu masih terlalu panjang untuk kau lewati bersama aku yang entah siapa ini. Langkahmu akan membawamu ke bahagiamu yang sesungguhnya.
Jika tiba saatnya kelak kamu menemukan jalanmu, berjanjilah untuk selalu bahagia. Jika aku harus menangis demi untuk melihatmu tersenyum, maka akan kulakukan setiap malam bersama doa yang kupanjatkan untukmu.
Tak perlu kau risaukan aku. Cukup ingat saja : kamu telah memiliki satu tempat khusus dalam hatiku, selamanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
DAMN!
It sucks when you suddenly become silent after someone said things that ruined your whole life plan just by answering "NO" to...

-
Ever feel suddenly so insecure? About yourself? Lately, I do… can’t really configure why, those bad dreams keep haunting me in the mid...
-
Terdapat artikel di salah satu surat kabar atau majalah, terasa lucu dan menarik artikel ini. Isinya sebagai berikut : Suatu...