Tuesday, January 24, 2017

Sebaiknya Mati Rasa...

Dan lalu semua hal yang aku alami hanya akan menambah goresan yang telah ada di hati ini.. 
Mungkin memang sudah seharusnya aku mati rasa. 
Mungkin bahagia itu hanyalah bagian dari kesemuan yang tak semestinya ada. 
Mungkin ini karma atas apa yang pernah tak sengaja kulakukan entah pada siapa. 
Mungkin benar bahwa orang yang paling menyakitimu adalah orang yang paling kamu cintai. 
Mungkin keberadaanku di dunia ini hanyalah sebagai tempat pemuas amarah semua orang di dekatku. 
Mungkin makna diriku hidup hanya untuk disakiti. 
Mungkin aku memang tak berhak mengerti rasanya disayangi dengan tulus. 
Mungkin... dan sejuta kemungkinan lain yang tak kunjung selesai. 

Ya, lalu aku harus belajar untuk jadi kebal dengan semua rasa sakit ini. Sehingga kelak jika aku kembali disakiti, maka aku akan mampu menerimanya dengan senyuman.
Dengan tawa meski juga dengan derai airmata..

Karena mungkin memang sebaiknya aku mati rasa... 

Friday, January 13, 2017

Melupakan Impian

Sebersit kenangan tiba tiba melintasi malamku. Aku teringat semangat yang kamu sampaikan padaku dulu hingga terakhir kita bertemu. "Fi, lanjutkan impianmu jadi penulis puisi."

Dan entah mengapa kau masih belum juga mengerti. Memangnya kau pikir darimana inspirasi menulisku itu datang? Langit?
Bukan. Tapi kau.

Semua hal dapat kujadikan bahan bagi inspirasiku menulis selama itu berhubungan dengan kau.
Hujan. Pelangi. Malam. Cinta.

Masa indah yang kulewati bersamamu dapat dengan mudah kulukiskan dalam puisi. Bahkan hingga saat kau pergi dan meninggalkan luka dalam di hatiku, kau tetap jadi bahan tulisan puisi pedihku.

Kini semua rasa itu telah berlalu. Dan aku pun berhenti menulis apapun. Untuk apa? Kau toh tak lagi ada..

Sudahlah, kulupakan saja impianku itu. Sama seperti kau yang telah melupakanku..

Wednesday, January 4, 2017

Lalu Kesadaran itu Menghantamku. Telak...

Tiba tiba peringatan itu menghantam kesadaranku.
Bahwa suatu saat nanti kamu akan melangkah pergi meski bukan inginku.
Bahwa suatu saat nanti ada mimpi masa depan yang harus kamu raih.
Bahwa suatu saat nanti ada cita cita yang ingin kamu capai.
Meskipun itu artinya kamu harus pergi dan berlari untuk mewujudkan semua.

Namun, aku ternyata tidak sekuat itu. Kebersamaan kita selama ini membuatku lemah jika harus berpisah.
Aku ternyata tidak setegar itu. Terpaan rindu tidak akan mampu kubendung.
Aku ternyata tidak setangguh itu. Untuk segala hal lain bisa kulewati, namun tidak yang satu ini.

Tapi aku juga ingin kamu bahagia mencapai semua impianmu. Meski mungkin tidak ada aku di dalamnya.

Ah, aku sadar. Aku bahkan tak bisa memberikan harapan apapun untuk hubungan ini, bahkan hanya sekedar nama. Namun bagiku, kamu adalah kekasih hatiku.

Seperti yang kamu tau, akan butuh banyak waktu bagiku untuk bisa sekedar menyimpan kamu rapat2 dalam kenangan hatiku, tanpa harus menimbulkan koyak dan goresan luka. Kamu telah menyentuh hati dan hidupku terlalu dalam, sayang.. Dan rasa ini sudah terlalu besar untuk bisa aku padamkan.

Aduh, sebenarnya menyakitkan harus mengatakan ini. Tapi bagaimana lagi. Suatu saat semua pasti akan ada akhirnya. Meskipun aku berharap bisa bersamamu selama kita mampu. Aku tak peduli bagaimanapun situasinya, karena cinta memang selalu buta.

Jadi, apabila kelak kamu telah menemukan seseorang yang dapat menggantikan posisiku di hatimu saat ini, segera katakan padaku agar aku bisa mulai belajar melepaskan kamu pergi.

Tapi berjanjilah untuk selalu bahagia. Meskipun aku harus menggantikannya dengan tetesan air mata setiap malam, itu tak mengapa asalkan bisa kupastikan bahwa kamu sungguh bahagia.

Karena selamanya aku akan tetap mengatakan ini : Bahagiaku itu ...... kamu.

DAMN!

It sucks when you suddenly become silent after someone said things that ruined your whole life plan just by answering "NO" to...